Google
Prof. Google mujiburrohman



Nggak terasa tahun 2008 segera lepas dari kita, segmen baru bernama waktu segera melaju ke arah angka 2009. hukum tahun baru yang berpijak pada kalender masehi ini otomatis berubah "wajib" untuk dirayakan. Artinya, pesta kembang api, bakar-bakaran, seperti kambing gulling, jagung bakar, ayam bakar dan sebagainya, harus ada untuk menandai pergantian tahun. Setiap kalangan, termasuk remaja harus tetap melek buat niup trompet pas pukul 00,00. diantara kalangan itu, adalah kita sebagai umat islam.

Sobat, kita semua harus berfikir ulang pada dimensi yang lebih luas dan komprehensif soal tahun baru. dalam konteks Islam seluuruh aktifitas manusia tentu harus mewakili realisasi penghambaan sebagai makhluk Allah. Jangan jadikan tontonan sebagai tuntunan. Kita selaku remaja muslim serta khalifah Allah di muka bumi ini, sudah sepantasnya tahun baru masehi ini kita bongkar abis, baik dari segi sejarah serta manfaatnya bagi kita selaku umat islam. Serta mengapa harus dirayakan oleh kita secara besar-besaran dan gemerlap pula?

Tidak bijak bagi umat muslim melakukan sebuah perayaan tanpa mengetahui apa dan kenapa momentum tersebut mesti diikut. Orang islam yang notabene punya standar jelas, yakni ajaran Rasulullah Saw, harus berfikir jernih dan cemerlang sebelum ikut-ikutan dalam hiruk pikuk perayaan tahun baru masehi itu. Sehingga kita tidak gampang terhipnotis terhadap sesuatu, tanpa mengetahui kejelasan substansinya.

Tradisi merayakan tahun baru mulai ada pada abad ke 45 SM oleh Juius Caesar. Katanya dilakukan kaisar untuk menghormati Dewa Janus yang digambarkan bermuka dua yang merupakan dewa semua permulaan. Siring dengan berkembangnya agama Nasrani acara ini dijadikan satu paket dengan perayaan Natal. Malam akhir tahun di tunggu detik perdetik, nyanyian dilantunkan. Kembang api di nyalakan dan tropet di tiup. "selamat tahun baru dan semoga di tahun yang akan datang lebih baik" menjadi sebutan menggema di setiap penjuru.

Secara etimologis kata masehi berasal dari kata mesias yang artinya al-masih. Tahun ini dianggap tahun kelahiran Nabi Isa al-Masih, karena itu perhitungannya dinamakan masihiyah. Sistem penganggalan yang merujuk pada awal tahun Masehi ini mulai diadopsi Eroppa Barat pada abad ke 8. makanya natal dan tahun baru dapat dikatakan sebagai tradisi kaum Nasrani. Natal diperingati sebagai kelahiran Yesus yang mereka pertuhankan. Lagi pula, konon kelahiran yesus sendiri bukan di bulan Desember. Meskippun tahun 1 Masehi dianggap tahun kelahirannya. Herbert W. Arstrong (1892-1986), seorang pastur di worldwide Church of God, Amerika Serikat, menyatakan dalam bukunya, "The Plain Truth about Crhristmas" Yesus tidak lahir pada tanggal 2 Desember.

Setelah dilihat dari akar sejarah berkembangnya, kita menjadi tahu bahwa perayaan tahun baru masehi itu tidak mewakili ruh Islam. Dilihat dari praktek perayaannya pun lebih lekat dengan budaya hura-hura, seperti nyanyi-nyanyian, berdansa dengan pasangan masing-masing, atau antraksi seni yang mengumbar aurat. Itu semua bisa kita temukan di berbagai tempat, seperi di hotel, mal, tempat wisata, dan semacamnya. Kalau kita selaku anak remaja tidak larut dan habis-habisan berpesta di malam tahun baru, maka kita akan dicap kuno, nggak gaul, sok alim, kolot dan semacamnya.

Jadi sangat sitematis, padahal, kita selaku umat Islam mempunyai tahun baru yang wajib kita populerkan, sehingga kita bisa berbeda dengan non muslim, yang disebut dengan tahun baru hijriyah. Peringatan ini dimaknai dengan menyambung estafet kehidupan duniawi dan ukhrawi yang lebih baik. Momentum ini merupakan sejarah kebangkitan peradaban Islam, yaitu hijrah atau berpindahnya Nabi Muhammad dan pada pengikutnya dari Mekkah ke Madinah. Ketika Nabi Muhammad tidak mendapatkan tanggapan yang signifikan pada priode dakwahnya di Mekkah, ia dan para sahabatnya pindah ke Madinah dengan mendapat sambutan yang sangat baik dari kaum Anshor. Dari situlah babak baru kemajuan dakwah Islam berkembang pesat.

Penanggalan Islam bermula ketika sahabat Umar bin Khattab mendapatkan surat dari Abu Musal al-As'ari.r.a. gubernur di Kufah itu menyatakan bahwa dirinya telah menerima beberapa surat yang tidak bertanggal. Kemudian Khallifah mengumpulkan tokoh-tokoh sahabat untuk diajak mesyawarah tentang penanggalan Islam itu.

Dalam musyawarah muncul mermacam-macam pendapat mengenai patokan penanggalan Islam. Ada yang berpendapat dimulai dari tahun kelahiran Nabi Muhammad.Saw. ada yang mengusulkan dari wafatnya, ada yang berpendapat sebaiknya dimulai dari saat Nabi di angkat menjadi rasul. Ada yang memberi ide agar di mulai dari isra' mi'rajnya Nabi, tetapi ada yang mengusulkan agar di mulai dai tahun hijrahnya beliau dari Mekkah ke Madinah. Akhirnya, usulan yang terakhir itu yang menjadi keputusan. Karena hijrah merupakan tonggak pemisah antara kondisi jahiliyah di Mekkah dan kondisi peradaban Islam di Madinah.

Semangat hijrah dari satu kondisi ke kondisi yang lain, terutama dari yang buruk ke yang baik, diharapkan terus menyala di dada umat Muhmmad setiap tahun, bahkan setiap saat.

A. Mustofa Bisri, pengasuh pendok pesantren Raudlatut Talibiin Rembang mengatakan dalam Jawa Pos (29/12/08: 1 Muharram 1430) bahwa, Hijrah bukan hanya perpindahan fisik dari Mekkah ke Madinah, akan tetapi hijrah adalah berpindahnya keangkuhan jahiliyah menuju tatanan masyarakat yang beradap dan keluhuran akhlak. Perselisihan di ganti dengan persatuan. Kesombongan di gantikan oleh kerendahan hati. Permusuhan di gantikan dengan persaudaraan dan semacamnya.

Bila hijrah secara fisik sudah tidak ada, kita dapat mengmbil hikmah dari maknanya yang agung itu. Diantaranya pada tahun hijriyah ini kita bisa mengambil suri tauladan dari Rasul dan sahabat-sahabatnya. Menreka tidak henti-hentinya menebar kasih sayang, terutama dengan amar ma'ruf nahi mungkar. Mereka tidak saling membenci dan saling menghina. Mereka yang memiliki kelebihan justru bersikap tawaduk pada sesama. Yang memiliki harta tidak menjadi congkak dan bakhil. Yang memiliki kelebihan ilmu, tidak menjadi pongah dan merendahkan orang lain.

Dengan penjelasan di atas, wahai saudara-saudaraku seiman, kita bisa mengambil kesimpulan, apakah kita sudah bisa mengambil manfaat dalam mewujutkan makna dari tahun baru hijriyah ini, ataukah kita ikut hura-hura merayakan tahun baru masehi, yang tidak jelas manfaatnya bagi Islam, khususnya bagi kita?. Kita tinggal memililhnya sendiri. Akan tetapi kalau kita ikut merayakan tahun baru masehi, berarti kita telah terjebak dengan budaya yang bersebrangan dengan fitrah (Islam), ektremnya, kita telah menjadi bagian dari kaum non-Islam, mau? Nau'dzubillahi min dzalik.


SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1430 H. MARI MASA LAMPAU KTA JADIKAN KACA INTROSPEKSI DIRI,

Comments (0)